Idiom merupakan
konstruksi atau gabungan kata tertentu yang maknanya berbeda dari
makna tiap kata yang menyusunnya. Oleh karena itu, idiom tidak bisa
dimaknai secara literal atau lugas. Kita tidak bisa menemukan
maknanya dengan cara mencari arti tiap kata penyusunnya di kamus
kemudian merangkainya satu per satu. Satu contoh idiom yang sudah
sangat umum adalah kata “jatuh cinta”.
Setelah tanpa sengaja
menabrak seorang cewek di lapangan basket sekolah dan berlanjut ke
perkenalan, lalu saling tukar nomer HP hingga pada suatu sore kamu
memberanikan diri mengajaknya makan malam dan dia pun mengangguk
tanda setuju , tiba-tiba kamu berubah menjadi orang aneh. Kamu jadi
sering melamun, tersenyum sendiri, susah tidur, dan punya hobi
dadakan: menulis puisi. Orang bilang kamu sedang “jatuh cinta”.
Padahal jika diperhatikan dengan seksama, selama kamu jalan dengan si
“dia”, tak pernah sekalipun kamu “jatuh” dari tangga karena
kehilangan keseimbangan ataupun jatuh dari lantai 3 karena pengaruh
gravitasi. Secara psikologis, perasaan yang kamu nikmati dan perilaku
yang kamu tunjukkan ke cewek tadi juga terlalu prematur untuk disebut
sebagai “cinta”. Rencana dan ide berlebihan seperti ingin
mengajaknya naik gunung berdua, membelikan kado ulang tahun spesial,
atau menciumnya tepat jam 12 di malam pergantian tahun, bisa berbalik
180 derajat menjadi ide yang menjijikkan begitu kamu tahu ternyata
dia sudah punya pacar atau faktanya dia memakai gigi palsu yang bau.
Secara kebetulan istilah
jatuh cinta sebagai suatu idiom dipakai oleh banyak budaya dengan
asosiasi dan struktur yang sama. Orang Inggris menyebutnya “falling
in love”, sementara orang Prancis menyebutnya “tomber amoureux”.
Kata kerja “to fall” dan “tomber” sama-sama berarti “jatuh”
dalam Bahasa Indonesia. Demikian juga dengan kata “love”,
“amour”, dan “cinta” yang mengikutinya. Ketiganya merujuk
pada makna yang sama. Istilah “tergila-gila” untuk menggambarkan
kondisi psikis orang yang sedang jatuh cinta juga dipakai dalam
budaya barat. Orang Inggris biasa mengatakan “You drive me crazy”
(Kau membuatku gila) seperti halnya orang Prancis mengatakan “Je
suis fou de toi” (Aku tergila-gila padamu).
Makna sebuah idiom bisa
jadi seperti sebuah paradoks. Makna denotasinya mungkin berlawanan
dengan makna konotasinya. Misalnya, istilah “makan hati” yang
mengandung arti negatif “menyakitkan perasaan”. Jika terlepas
dari konteksnya, kata “makan hati” bisa dimaknai secara positif,
seperti pendapat orang Indonesia yang menganggap bahwa makan hati itu
lebih enak daripada makan garam. Sebenarnya kalau mau jujur, saat
kita sedang jatuh cinta, rasanya tidak seperti sedang jatuh dari
kursi atau sepeda. Rasanya lebih seperti melayang di udara, seperti
anak burung yang belajar terbang atau seperti kita sedang naik
gantole sambil menikmati pemandangan yang menakjubkan di bawah kaki
kita. Sebaliknya, kata “jatuh” lebih merepresentasikan kecemasan
atau prospek cidera dan kehancuran seperti yang dirasakan seorang
penerjun yang gagal mengembangkan parasutnya. Dalam bahasa Jawa ada
istilah “mendem wedokan” (mabuk wanita) untuk menggambarkan
perilaku orang yang sedang mengalami ketertarikan seksual laten
terhadap lawan jenis. Meskipun terdengar hiperbolis, “mendem
wedokan” memiliki asosiasi makna yang lebih bisa diterima. Kata
“mendem” (mabuk) menggambarkan keadaan senang, riang, gembira,
dan tanpa beban, yang secara tepat mewakili sensasi dari efek
terinfeksi tusukan anak panah si Cupid.
Meskipun demikian, ada
kesamaan ciri antara “jatuh” dan “mabuk”. Keduanya merupakan
fase sementara, sensasi serasa melayang di udara sebelum akhirnya
badan terhempas ke tanah dan meninggalkan memar di lutut dan siku,
atau tersadar keesokan harinya dengan rasa pening yang amat sangat.
Berikut ini beberapa idiom lain dalam Bahasa Inggris yang masih
ada hubungannya dengan jatuh cinta:
- To pop the question = melamar, menanyakan “Will you
marry me?” (Maukah kau menikah denganku?)
- To be in cloud nine = merasa sangat bahagia / gembira.
- To break up = putus hubungan
- To take one's breath away = membuat seseorang
terpesona (terpana)
- To feel blue = merasa sedih dan depresi
- To tie the knot = menikah
Misal: Eva tied the knot with Matt 3 years ago. (Eva menikah dengan Matt 3 tahun yang lalu.)
No comments:
Post a Comment