Salah satu cara yang biasa saya lakukan untuk mengasah kemampuan berbahasa adalah dengan menerjemahkan suatu teks dalam suatu bahasa ke bahasa yang lain. Menerjemahkan adalah kegiatan mentransfer makna antar bahasa. Dalam prosesnya, si penerjemah akan menghadapi tantangan-tantangan yang secara tidak sadar akan meningkatkan language skill mereka.
Tantangan pertama yang harus
dihadapi si penerjemah adalah menangkap makna yang disampaikan si
penulis teks yang direpresentasikan oleh kode-kode berupa susunan
huruf. Si penerjemah harus bisa menentukan apakah kata-kata yang ada
harus dimaknai secara leksikal (lugas) atau kiasan
Tantangan kedua adalah
ketika si penerjemah harus mengungkapkan makna yang tertangkap ke
dalam kode-kode bahasa lain yang tentu saja memiliki sistem dan
aturan yang berbeda. Substansi makna yang terkandung dalam teks harus
dijaga agar tidak terdistorsi atau malah sama sekali hilang setelah
kata dan frasa sebagai elemen pembentuknya dibongkar dan disusun
ulang dalam bahasa lain. Mengingat setiap bahasa lahir dari budaya
yang berbeda, menerjemahkan berarti mengkonversi simbol-simbol dari
suatu budaya ke dalam simbol-simbol yang dipakai dan dimengerti
budaya lain tanpa mengubah isi pesannya. Analoginya seperti seorang
anggota Pramuka yang baru saja menerima pesan SOS yang dikirim
temannya dengan kedipan lampu senter dan dia harus meneruskan pesan
itu ke kelompok lain dengan meniup peluit atau membuat asap. Agar
pesan yang disampaikan tidak disalahtafsirkan, penerjemah dituntut
untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman budaya yang mumpuni, baik
dari bahasa asal maupun bahasa sasaran.
Tantangan lainnya adalah
ketika menerjemahkan suatu karya sastra. Di samping harus bergelut
dengan gaya bahasa yang sarat metafora dan kiasan, si penerjemah
harus bisa mempertahankan estetika yang telah diciptakan si penulis,
termasuk mempertahankan ketepatan diksi dan rima
Berikut ini saya mencoba
menerjemahkan lirik lagu tradisional berbahasa Jawa 'Gundhul-Gundhul
Pacul' ke dalam Bahasa Inggris. Silakan dikoreksi apabila ada
ketidaksesuaian makna.
Gundhul-Gundhul Pacul
Gundhul-gundhul
pacul-cul
gembelengan
Nyunggi-nyunggi
wakul-kul
petentengan
Wakul ngglempang segane dadi sak
latar
Wakul ngglempang segane dadi sak
latar
The Baldy
There he goes the baldy
walking tall, swaggering
Carrying basket on his head
with both hands on the hips
The basket toppled, the rice was
scattered all over the yard
The basket toppled, the rice was
scattered all over the yard
Sempat terbayang di pikiran saya ketika
ada orang Inggris yang membaca terjemahan saya tadi. Mereka akan
mengernyitkan dahi. Sulit membayangkan ada anak bawa-bawa bakul nasi
di halaman. Karena selain cara membawa sesuatu dengan cara ditaruh di
atas kepala itu tidak lazim, mungkin mereka juga belum tahu kalau
orang Jawa setiap hari lebih memilih makan nasi, bukan sandwich ataupun burger.
(Ditulis oleh : Yobi Sardiyanto, Mei 2013)
No comments:
Post a Comment