Wednesday, September 18, 2013

Prawan Kalimantan: English Translation



Prawan Kalimantan  /  Girl from Borneo

Rino wengi tansah kelingan / Always thinking of you night and day
Prawan ayu Kalimantan  / A beautiful girl from Borneo
Bantal guling tak sayang-sayang  /  I kiss my bolster and pillow
nganti koyo wong kedanan  /  like I were crazy

cempedhak mas dudu nongko /  Cempedhak is not a jack-fruit
mbiyen cedhak ra wani kondho  / You dared not say it when we were so close
ning opo sliramu lungo /  Why did you have to go
ninggal mulih 'ra kondho-kondho /  leaving me without word

Saben dino aku ngalamun  /  I think of you every single day
tekan ngomah atiku bingung /  I missed you once I got home
jane tresno ra wani nembung /  I love you but I dare not say it
rasane koyo wong linglung  / feels like being absent-minded

wangi-wangi banyune sabun /  the sweet odor of soapy water
tak rewangi adus kungkum  / I'm soaking in a bathtab
tresnaku ra bakal alum  / My love will never die
tak enteni yen mase purun  / I'll be waiting if you want me too

Aduh...... Pake make aduh /  Oh Mom and Dad …
Hatiku rindu kangen tenanan /  I miss him so bad
Kangmasku pulang, kangmasku mulih  /  My love had gone
ning tanah sebrang /   across the sea

Beninge banyu Kalimantan / The clear water of Borneo
mbiyen sing tak umbe sayang  / which I used to drink
Ngelingake naliko mbiyen kenalan  /  reminds me of the time we first met


Salah satu kesulitan yang saya jumpai dalam menerjemahkan lirik lagu berbahasa Jawa adalah adanya bait yang bentuknya seperti pantun. Pantun adalah bentuk sajak yang terdiri dari empat baris, terdiri dari dua baris pertama yang disebut sampiran dan dua baris berikutnya yang disebut isi. Sajaknya berima a-b-a-b. Yang spesial dari pantun ini adalah makna dari kata-kata yang ada di bagian sampiran sama sekali tidak ada hubungannya dengan kata-kata yang terdapat di bagian isi. Sampiran diciptakan hanya untuk alasan estetika bunyi, yaitu membentuk akhiran bunyi (rima) yang sama dengan bagian isi.
Dalam lirik lagu berbahasa Jawa sering dijumpai juga bentuk pantun 'kilat' yang hanya terdiri dari satu baris sampiran dan satu baris isi. Contohnya seperti yang ada pada bait kedua lirik lagu Mas Didi Kempot di atas. Kata-kata “cempedhak mas, dudu nongko” hanya berfungsi sebagai sampiran. Esensi dari sampiran ini bukanlah makna kata-katanya, melainkan bunyi akhiran -o pada kata “nongko” yang nantinya akan selaras dengan bunyi akhiran -o pada kata “kondho” di baris berikutnya. Sekali lagi, nama buah-buahan di bagian sampiran ini tidak ada hubungan sedikitpun dengan makna kata-kata “mbiyen cedhak ra wani kondho” pada bait selanjutnya. Penulis lirik sah-sah saja menggantinya dengan “Cempedhak mas, dudu semongko” tanpa kehilangan estetika persamaan bunyi akhir yang dihasilkan.
Contoh pantun yang terdiri dari 2 baris sampiran dan 2 baris isi bisa dilihat pada bait ke-4. Dua baris pertama hanya berfungsi sebagai sampiran, bukan isi perasaan atau cerita yang ingin disampaikan si penulis. Jadi si penulis tidak benar-benar “adus kungkum” pakai “banyu sabun” setelah ditinggal si perawan Kalimantan. Kata “sabun” dan “kungkum” dihadirkan hanya untuk membentuk rima un/um dengan kata “alum” dan “purun” pada dua baris berikutnya.
Saat harus menerjemahkan bait di atas ke dalam bahasa lain yang tidak mengenal sampiran dan isi, saya menghadapi dilema: apakah harus mempertahankan isi dari kata-kata dalam sampiran atau menggantinya dengan kata lain demi mendapatkan efek bunyi akhir yang sama? Sebuah pilihan yang sulit. Tetapi, saya kira, itulah tugas seorang penerjemah yang sesungguhnya, bisa menyampaikan ulang pesan sesuai dengan aslinya tanpa merusak tatanan dan estetika. Dan dalam terjemahan ini saya belum berhasil melakukannya.





1 comment:

Virtual Keyboard Aksara Jawa dengan PyGObject (Python3 + GTK3)

Aksara Jawa merupakan aksara Nusantara yang umum dipakai di pulau Jawa pada abad 15 hingga awal abad 20. Aksara Jawa sebenarnya dit...